Saturday, January 5, 2013

Lancar..
Kata itulah yg bisa menggambarkan bagaimana jalannya acara lamaranku kemarin. Di postingan ketiga sekaligus terakhir pada episod "what a woman want" ini saya akan menceritakan detik2 menjelang hari-H.

Pagi hari itu saya bangun pagi pagi, padahal malam harinya nggak bisa tidur enak. Langsung membangunkan seisi rumah untuk segera bersiap. Ternyata huniku posisi masih di Nganjuk. Syukurlah, masih bisa bernafas sesaat.

Masih dalam keadaan memakai baju tidur dan belum mandi, jam setengah tujuh pagi aku diantar adekku ke tempat kakakku untuk menjaga keponakanku yg belum bangun, sedangkan kakakku pergi ke toko kue untuk mengambil pesanan. Oiya, dalam acara lamaranku ini adekku Pulung tak bisa hadir, karena di hari kecepit itu dia diharuskan tetap masuk kerja. Aku maklumi saja, secara dia masih anak baru alias training.

Jam menunjukkan pukul delapan pagi waktu itu. Rombongan huni sudah sampai Mojokerto dan segera akan meluncur ke rumah kakakku untuk istirahat dan berbenah sebelum berangkat menuju ke rumahku. Senang sekali kala menyambut kedatangan huni dan keluarga. Nampak wajah lelah di wajah rombongan huni setalah semalaman berjibaku dengan lelah dan kantuk sepanjang boyolali - mojokerto. Seketika memandang wajah huni sudah cukup membuatku lega dan siap menjalani hari itu.

Tak lama kemudian, aku dan kakakku meluncur ke rumah tempat acara untuk segera bersiap. Sedangkan huni sekeluarga ditinggal di rumah kakakku untuk berbenah juga. Sesampainya di rumah aku segera mandi, mengganti baju dan merias diri. Sama sekali tak ada tukang rias atau jasa salon di acara lamaranku ini. Mulai dari persiapan baju, merias wajah dan mengkreasi jilbab aku lakukan sendiri. And the result is not too bad, i think hehe

Sementara kakak-kakakku sedang sibuk mempersiapkan kue suguhan dan hantaran, aku sudah tampil maksimal dengan dandananku sendiri. Tepat jam sembilan pagi jasa catering juga sudah tiba di rumah dan juga langsung bersiap. Saya dan keluarga sempat heran, karena hingga jam segitu belum ada saudaraku sama sekali  yang datang, begitu pun teman atau tetanggaku. Di lain hal, huni sudah berulang kali menanyakan mau meluncur jam berapa ke rumahku. Di saat ini lah saya sempat panik dan berusaha menenangkan diri sendiri bahwa semua akan berjalan sesuai rencana.

Setengah jam kemudian, jam setengah sepuluh pagi mulai datang Pakde dan Paklekku sebagai sosok penting dalam perhelatan lamaranku kali ini. Karena beliau beliaulah yang akan menjadi juru bicara keluargaku. Tak lama kemudian, rombongan huni sudah tiba di rumah dengan membawa oleh2 yang cukup banyak. Nah di saat inilah berduyun duyun tetangga dan saudaraku mulai berdatangan. Ruang tamu sebagai tempat pertemuan yg semula lengang kini kian sesak. Alhamdulillah, rasa panikku hilanglah sudah.

Sekitar jam sepuluh pagi, acara dimulai Paklekku dengan menanyakan maksud kedatangan rombongan huni ke rumahku. Dan kemudian dijawab dengan lugas oleh keluarga huni yang intinya adalah memintaku untuk menjadi istrinya kelak, hehe. Kurang lebih perbincangan inti dengan bahasa jawa krama alus yang agak susah aku pahami ini berlangsung setengah jam, kemudian dilanjutkan dengan acara perkenalan keluarga. Hampir saja lupa, acara berikutnya adalah tukar cincin. This is the real what a woman want, and i've got it. Terasa sekali tangan huniku gemetaran saat aku menyematkan cincin di jari manisnya. Rasa senang bukan kepalang saat melihat semua mata tertuju pada kami yang sudah resmi jadi bakal calon suami istri.

Aku lihat pada waktu itu jam sebelas kurang seperempat, tapi Paklekku sudah memperilahkan para tamu masuk ke acara jamuan makan atau ramah tamah. Cepat sekali, pikirku! Saya pikir acara lamaran akan menghabiskan banyak waktu untuk membahas ini dan itu. Saya pikir akan sekalian membahas tanggal nikah dan rencann kami ke depannya. Ternyata tidak untuk acara lamaranku, hehe. Kedua keluarga sepakat, untuk penetapan hari pernikahan diserahkan sepenuhnya kepada keluargaku dengan mengingat waktu yang dibutuhkan huni untuk mengurus surat atau keperluan lain-lain pra nikah. Sedangkan rencana ke depan kami, aku serahkan sepenuhnya kepada huni yang akan menjadi suamiku kelak, hehe.

Tanpa disadari, kami sudah berada di puncak acara. Setelah ini huni akan kembali pulang ke peraduannya. Sedih sekali rasanya karen pertemuan kita terasa sangat singkat. Tak ingin kehilangan momen, acara foto foto baru bisa dilakukan pada saat setelah acara selesai. Senang sekali cempluk juga turut hadir menemaniku menyaksikan momen pentingku. Terimakasih juga buat para tetangga dekatku yang kini sudah tau siapa calon suamiku. Dan yang paling besar adalah rasa terimakasihku kepada keluarga dan saudaraku yang sudah turut sibuk menyukseskan acara lamaranku.