Wednesday, June 20, 2012

Bapak berkumis penjual es degan

Pukul 08.30 WIB
Setiap pagi di depan tempat saya bekerja hampir selalu mendapati bapak berkumis penjual es degan sedang mendorong gerobak birunya entah hingga kemana. Memang tak ada yg aneh selalu berpapasan dengan orang yang sama di tiap jam yg sama, karena mungkin itu adalah rutinitas yang harus dilakoni setiap harinya. Kami tak saling mengenal, tak pula saling bertegur sapa. Tapi kejadian ini cukup membuat saya penasaran, dari mana beliau memulai rutenya mendorong gerobak es degan warna birunya.

Pukul 08.00 WIB
Suatu pagi sebelum saya berangkat kerja, saya menyempatkan diri ke bank BCA utk mengambil uang tunai. Dan di seberang jalan itulah saya mendapati lagi bapak berkumis penjual es degan. Saya mencoba memastikan bahwa itu adalah benar orang yg sama dengan penjual es degan yg hampir setiap pagi saya temui di depan tempat kerja. Dan memang benar. beliau adalah orang yg sama dengan gerobak warna biru, dengan topi cokelat muda yg selalu dikenakan, dan dengan kumis tipis di atas senyum ramahnya pada setiap orang yg ditemuinya.

Entah darimana bapak berkumis penjual es degan itu memulai rutenya menjalani pekerjaannya, karena bisa jadi jauh sebelum bank BCA dia sudah berjalan mendorong gerobaknya. Jarak yang ditempuh bisa jadi lebih dari yg saya kira, padahal jarak dari Bank BCA ke tempat kerja saya berkisar kurang lebih 10 menit dengan motor, sedangkan beliau setiap hari melaluinya dengan berjalan kaki. Belum lagi kontur daerah Pandaan yang berbukit, semakin membuat saya berpikir bagaimana perjalanan pulang yg harus beliau lewati, Sungguh melelahkan nampaknya. 

Bagaimanapun, bapak berkumis penjual es degan itu telah membuat saya berpikir dan bersyukur bagaimana cara menikmati apa yg telah dianugerahkan Allah kepada hidup saya. 

0 comments:

Post a Comment